Minggu, 25 November 2012

Menjadi Muslim (harus) Kaya

Menjadi seorang muslim harus (siap) kaya. Pernyataan kalimat tersebut saya peroleh saat saya diberi kesempatan untuk mengunjungi kota Mekkah, dimana masjidil haram berada. Mengapa demikian? Ya karena jika kita sholat di masjidil haram maka pahala yang diberikan Allah 100 ribu kali lipat sholat ditempat lain, begitu juga sholat di masjid Nabawi yang nilainya 1000 kali sholat di tempat lain.
“Shalat di Masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama 1000 kali lipat dibandingkan shalat di manapun kecuali di Masjidil Haram.
Sebab shalat di Masjidil Haram 100 kali lipat dibanding shalat di Masjidku ini.”
(Muttafaq Alaih).
Kemudian di Raudhah, sebuah tempat di dalam masjid Nabawi, jika kaki kita pernah menginjak Raudhah, maka berarti kita (seolah-olah) telah mengunjungi taman surga,
 Dari Abu Hurairah, ia berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Antara rumahku dan mimbarku adalah di antara taman surga.” (HR. Bukhari no. 1196 dan Muslim no. 1391
).



Berikutnya, jika kita sholat jenazah di masjidil haram atau masjid Nabawi maka pahalanya sama seperti satu gunung Hud, tiap kali sholat.
 Dalam riwayat Muslim disebutkan,

“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling kecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim no. 945)

Kalau demikian, saya ingin sekali setiap tahun ke Mekkah dan Madinah, saya bayangkan, jika mampu beribadah dengan khusyuk dan di ridhoi Allah, maka pahala yang besar  akan dapat diperoleh.
Nah, untuk pergi kesana, berapa biayanya? cukup besar bagi kantong masyarakat Indonesia. Maka, kita harus menjadi orang kaya bukan untuk dapat memperoleh pahala yang berlipat tersebut?
Kemudian, lihatlah Al Qur’an ada lebih dari 80 ayat yang menyatakan “Dirikan sholat dan bayarkan zakat’’. salah satunya adalah berikut ini :
“Dirikanlah shalat dan bayarlah zakat!” (TQS. Al-Baqarah : 110)
Bagi umat muslim orang yang wajib membayar zakat harta adalah orang yang telah masuk dalam kategori pemilik harta yang telah tersimpan minimal 1 tahun, dan harta tersebut minimal sebesar nilai 80 gr emas, atau 40 juta rupiah jika harga  1 gr emas = 500 ribu rupiah.
Dengan memiliki harta “idle” sebesar itu, maka baru bisa masuk dalam kategori “pembayar zakat atau muzakki’’,
Setuju bukan bila menjadi orang islam  harus kaya?
Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah, Allah berfirman :
“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya fi sabiilillah (di jalan Allah) seperti sebutir gandum yang tumbuh 7 batang dan setiap batang terdapat 100 butir.” (QS. Al-Baqarah 261)
dari ayat ini kita tahu bahwa harta yang kita belanjakan di jalan Allah dengan cara sedekah, infak dan zakat maka balasan Allah adalah 700 kali lipat.
Jika kita mampu membelanjakan jumlah uang yang besar tentu makin besar pula pahala yang kita peroleh. Maka makin banyak harta kita, makin banyak yang bisa di belanjakankan di jalan Allah, makin banyak pula pahala kita, dari sini tentu anda setuju kalau menjadi muslim yang baik, yang mengikuti semua petunjuk Al Qur’an dan hadis seharusnya adalah muslim yang kaya.
Masalahnya, bagaimana caranya bisa kaya? Tentu saja semua orang ingin kaya. Tentu dengan cara yang sesuai syariah, diantaranya adalah berdagang/berbisnis
dikatakan oleh sebagian ulama sebagai mata pencaharian yang paling utama. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits Nabi.
 Seorang sahabat bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?”
 Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad, Ath Thobroni, dan Al Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Karena berbisnis bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa harus memiliki tingkat pendidikan tertentu. Maka mari mengusahakan diri menjadi pembayar zakat kekayaan, salah satunya melalui berbisnis.
Setelah itu, kelola keuangan Anda dengan cara syariah. Insya Allah, tercapai keinginan untuk  didunia kaya  dan jika mati masuk surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar