Minggu, 16 Maret 2014

Jumat, 14 Maret 2014

Eileen Rachman

Lahir di Bukittinggi , pada tanggal 3 Juli 1950, Eileen Rachman lulus dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , Jakarta ( 1983) dan memulai karirnya sebagai Penasihat di SMA Sumbangsih , Jakarta . Dari 1983-1986 ia menjabat sebagai Kepala Departemen Psikologi di rumah sakit Dharmawangsa Mental Health juga di Jakarta . Merasa perlu untuk memperluas cakrawala nya , Eileen bergabung dengan Bank Umum Asia ( yang sejak bergabung dengan Lippobank ) ( 1989 ) , di mana dia adalah Kepala Biro bertanggung jawab untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia sampai 1989 .
Sangat prihatin tentang semua aspek peningkatan sumber daya manusia , eksekutif bisnis khususnya , Eileen memutuskan untuk menjadi lebih aktif , terlibat secara langsung dan mendirikan EXPERD ( Pengembangan Kinerja Eksekutif ) pada tahun 1989 , di mana ia menempati posisi Direktur sampai hari ini .
Kerja profesional nya difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia , memberikan pelatihan tentang topik fundamental dan saat ini , proses perekrutan , budaya perusahaan , serta pengembangan organisasi .
Keahliannya telah dibagi dan dilaksanakan di berbagai perusahaan mapan dan lembaga seperti Bank Indonesia , Bank Mandiri , Bank Niaga , Indosat , Telkomsel , Infomedia Nusantara ( Elnusa Yellow Pages ) , Garuda Indonesia , Quest International . Selain itu, beberapa perusahaan minyak multinasional seperti Total Indonesie , Vico Indonesia , Shell dan Unocal Indonesia menambah daftar mengesankan nya klien .
Eileen Rachman adalah orang yang ceria dan kreatif yang memiliki kepentingan dalam seni dan bidang desain , serta pengembangan sumber daya manusia . Dia mempraktekkan kedua bidang lancar dalam posisinya sebagai Praktisi Bisnis di Mitra Selaras sopan .
Dia telah menulis sejumlah artikel tentang topik HRD yang diterbitkan di majalah femina , majalah Neo dan harian Kompas . Dia juga merupakan konsultan ahli untuk SWA , Tiara , Intisari , Ayah Bunda , Harper Bazaar dan Fit majalah , dan stasiun televisi komersial Indosiar untuk seri berjudul : " Jelita " , dan " Wanita BEKERJA "
Dalam dirinya tanggung jawab sehari- hari di EXPERD , timnya terintegrasi ahli , serta beragam profesional dan praktisi di luar organisasinya membantu Eileen

Kamis, 19 Desember 2013

Hayden Panettiere Sexy Slideshow

5 Langkah Mengembalikan Semangat Kerja Pasca Liburan


Liburan memang menyenangkan. Tapi, kalau kebablasan yang harusnya mengembalikan semangat kerja, malah jadi malas yang datang. Bagaimana mengantisipasinya?



semangat kerja pasca liburan
Sudah jadi rahasia umum, jika di Indonesia, jumlah hari libur dan tanggal merahnya cenderung lebih banyak dari negara lainnya. Bahkan, kita pun mengenal istilah cuti bersama sehingga masa libur pun menjadi makin panjang. Ada pula istilah harpitnas alias hari kejepit nasional yang membuat orang sering membolos untuk mendapatkan libur ekstra.

 Liburan sendiri sebenarnya sah-sah saja. Bahkan, istilah rekreasi — yang sejatinya berasal dari kata re dan kreasi — punya makna dengan rekreasi diharapkan kita bisa berkreasi kembali. Sebab, saat berlibur, kita mengistirahatkan tubuh, pikiran, dan jiwa kita sehingga mampu mengumpulkan energi guna bekerja lebih maksimal lagi. Sayangnya, ada kalanya, saat libur jadi kebablasan. Akibatnya, muncul — yang bisa diistilahkan, post-vacation blues —atau semacam kegalauan akibat berakhirnya liburan.

Betapa tidak, saat bersenang-senang, kemudian memikirkan harus kembali bekerja dan telah ditunggu sejumlah deadline, kadang perasaan “tersiksa” muncul. Akibatnya, saat menjelang berakhirnya libur, bukannya rileks yang didapat, tapi tekanan akibat pikiran besok harus kerja, harus absen, dan parahnya, bakal menghadapi bos yang mungkin kita kurang suka. Jika ini terjadi, akibatnya saat hari pertama masuk kerja yang seharusnya diisi dengan candaan dan tawa cerita kisah sepanjang liburan, malah berganti dengan kesedihan dan tak konsentrasi kerja. Ujungnya, kerja pun jadi tak maksimal di hari pertama.

Jika hanya hari pertama dan segera mampu mengembalikan semangat, barangkali tak mengapa. Tapi, jika terus terbayang liburan yang sudah lewat, akibatnya kinerja menurun yang berujung pada prestasi yang kurang baik. Lantas, apa yang harus kita lakukan agar karier tak terganggu oleh semangat yang menurun akibat liburan? Dan, apakah yang harus kita lakukan agar pekerjaan pasca-liburan tak menjelma jadi “siksaan”? Konsultan SDM, penulis buku Happy Hour is 9 to 5, Alexander Kjerulf memberikan beberapa tipsnya sebagai berikut…

 • Saat sedang berlibur, berliburlah secara total Yang dimaksud oleh Kjerulf di sini adalah ketika kita sedang berliburan, jangan memikirkan pekerjaan. Libur ya libur, titik! Kalau bisa, jangan bawa laptop atau ponsel yang banyak terhubung dengan pekerjaan. Jangan pula mengecek email dan pesan di telepon. Sepertinya sederhana, namun banyak orang yang kadang merasa tetap harus terhubung dengan pekerjaan atau profesinya. Padahal sebenarnya, jika memang saatnya libur, ya kita harus tegas pada diri sendiri, untuk merasakan nikmatnya berlibur. Di situlah esensinya berlibur dan mengapa kantor kita memberikan waktu liburan kepada kita. Jika kita menyadari ini, kita akan bisa lebih rileks dan tenang dalam menikmati liburan. Dengan begitu, tubuh dan pikiran benar-benar bisa nyaman untuk mengembalikan semua energi.

 • Biarkan diri tertinggal pekerjaan Saat kembali dari liburan, apa yang ditinggalkan sudah pasti menumpuk. Jangan khawatir, itu hal yang wajar. Dan, jangan pula panik dengan tumpukan email belum terbalas, serta tugas yang belum terlaksana. Coba ubah sedikit pola pikir. Jika ini semua sudah beres dan sudah ada yang mengerjakan, itu artinya kantor sudah tidak butuh tenaga kita lagi bukan? Karena itu, berbahagialah. Sisakan rasa bahagia sehabis liburan untuk memandang semua segi dengan pola pandang yang positif. Kemudian, cobalah pelan-pelan pilah dan pilih pekerjaan yang akan diprioritaskan untuk diselesaikan.
'
• Mulailah dengan sesuatu yang mudah Saat mulai memilih dan memilah pekerjaan, cobalah untuk mencari pekerjaan yang lebih mudah diselesaikan terlebih dahulu. Ibarat mesin, kita juga perlu pemanasan. Saat “oli-oli” sudah melicinkan jalan mesin, maka pekerjaan apa pun akan terasa lebih nyaman untuk dikerjakan. Dan, jika pekerjaan yang dicicil dari yang mudah sudah terselesaikan sehingga semangat telah kembali seperti sebelum libur, segeralah beralih ke pekerjaan yang perlu tenaga dan pemikiran ekstra.

• Jangan tergoda untuk lembur Saat pekerjaan yang ditinggalkan sudah menumpuk, kita memang ada tanggung jawab yang harus segera diselesaikan. Tapi, jangan sampai kemudian kita mengambil jatah waktu di luar pekerjaan untuk menyelesaikan semua tugas itu. Ingat, masih ada keluarga dan kehidupan di luar sana yang juga menanti untuk mendapatkan perhatian ekstra. Selesaikan semua di kantor dengan memaksimalkan waktu yang ada. Karena itu, jangan tergoda untuk menyambi pekerjaan dengan yang lain sehingga semua beban kerja segera dapat tertangani dengan baik. Dengan cara ini, diharapkan suasana segar kala liburan tetap terjaga dan tidak mengurangi kualitas hubungan dengan keluarga dan relasi lain di luar jam kerja. 

• Jangan sungkan minta bantuan Meski memang sudah jadi tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan kita, tapi bila merasa keberatan, tak ada salahnya minta bantuan rekan kerja yang lain. Tentu, mintalah dengan baik-baik dan bantulah juga rekan kita saat ia membutuhkan. Ini sama sekali bukan berarti kita melempar tanggung jawab. Bukankah tolong-menolong bisa jadi sarana yang baik untuk memaksimalkan kerja bersama dalam sebuah tim? Itu adalah lima hal yang perlu dilakukan agar kita tidak merasa kecewa atau terbebani saat harus kembali bekerja sehabis liburan. Namun, menurut Kjerulf, sebenarnya jika kita masih merasakan hal tersebut, itu artinya kita masih kurang bahagia dengan pekerjaan. Padahal sebenarnya, jika kita bisa mendapatkan pekerjaan yang kita sukai, masalah semacam itu sudah pasti tak akan terjadi. Malah, bisa jadi kita selalu rindu untuk kembali bekerja. Karena sejatinya, bila kita bahagia dengan pekerjaan, maka hasil kerja akan memuaskan, dan karier pun akan lebih mudah berkembang. Jadi, bagaimana dengan Anda? Masihkah sering merasa kecewa saat harus kembali masuk kerja? Jika ya, cobalah temukan sisi menarik dari pekerjaan dan profesi Anda saat ini agar karier pun bisa maksimal.








Hayden Panettier


Pikiran itu pelita hati... sukses, keunggulan, dan kelebihan itu milik semua orang yang mau berusaha! Pelita harus dinyalakan, baru akan terang. Ada pepatah mengatakan: 'Nyalakanlah pelitamu di tempat yang gelap dan tinggi, agar bisa menerangi semua sudut dan segi, tak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk semua orang yang belum menemui jati diri.'