Sabtu, 12 Januari 2013

Siapa yang Tahan dengan Wanita Seksi Ini?

Diriwayatkan bahwa pada suatu masa hidup seorang laki-laki yang terkenal kesalehannya, yang bernama Abid bin Abid. Pada masa itu pula, hidup seorang wanita yang sangat cantik.
Suatu hari, wanita cantik tersebut berada di depan cermin, sambil berkata, ‘Siapakah yang tahan (untuk tidak tergoda) dengan kecantikan ini?’.
Suaminya berkata, ‘Yang tahan dengan kecantikanmu hanyalah Abid bin Abid’.
Wanita tersebut berkata, ‘Bolehkah aku menggodanya?’.
Suaminya berkata, ‘Silakan, aku izinkan engkau untuk menggodanya’.
Wanita itu pun mendatangi Abid. Ketika bertemu Abid, wanita itu berkata, ‘Aku ingin bertanya padamu tentang sesuatu hal’. Sambil berkata demikian, wanita tersebut menampakkan kecantikan wajahnya di hadapannya.
Abid langsung memalingkan wajahnya. Wanita tersebut terus menggodanya sampai taraf yang paling gawat.
Kemudian Abid berkata, ‘Aku punya pertanyaan untukmu. Kalau engkau dapat menjawabnya, maka aku akan turuti apa saja kemauanmu’.
Wanita itu menjawab, ‘Tanyalah sesukamu. Sungguh, aku akan jujur menjawabnya’.
Kemudian Abid berkata, ‘Kalau datang malaikat pencabut nyawa kepadamu, apakah engkau senang ruhmu dicabut dalam keadaan maksiat seperti ini?’.
Wanita itu menjawab, ‘Tidak’.
Abid berkata lagi, ‘Kalau pada hari Kiamat nanti orang-orang mendapatkan catatan-amalnya dari tangan kanannya, apakah engkau senang bahwa engkau mendapatkan catatan-amalmu dari tangan kirimu disebabkan karena perbuatan maksiatmu ini?’.
Wanita itu menjawab, ‘Tidak’.
Abid berkata lagi, ‘Kalau pada hari Kiamat nanti  titian shirath dibentangkan sepanjang-panjangnya di tengah-tengah kobaran api neraka dan orang-orang berhasil melewatinya, apakah engkau senang shirath itu terputus ketika engkau melewatinya disebabkan perbuatan maksiatmu ini?’.
Wanita itu menjawab, ‘Tidak’.
Abid berkata lagi, ‘Kalau engkau berada di hadapan Allah dan Ia menanyakan perbuatan maksiatmu ini, apakah engkau senang bahwa engkau telah melakukannya?’.
Wanita itu menjawab, ‘Tentu saja tidak’.
Terakhir, Abid berkata, ‘Cukupkah nasihat ini untukmu?’.
Wanita menjawab, ‘Ya, sudah cukup. Sungguh, aku akan bertaubat kepada Allah’.
Sejak itu, ia menjalani hidup sebagai wanita yang taat.
Diterjemahkan dari: Amru Khalid, Qira’ah Jadidah wa Ru’yah fi Qashash al-Anbiya’ (Beirut: Dar el-Ma‘rifah, 2006), cet. ke-2, hlm. 121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar