Menjadi seorang muslim harus (siap)
kaya. Pernyataan kalimat tersebut saya peroleh saat saya diberi
kesempatan untuk mengunjungi kota Mekkah, dimana masjidil haram berada.
Mengapa demikian? Ya karena jika kita sholat di masjidil haram maka
pahala yang diberikan Allah 100 ribu kali lipat sholat ditempat lain,
begitu juga sholat di masjid Nabawi yang nilainya 1000 kali sholat di
tempat lain.
“Shalat di Masjidku ini
(Masjid Nabawi) lebih utama 1000 kali lipat dibandingkan shalat di
manapun kecuali di Masjidil Haram.
Sebab shalat di Masjidil Haram 100 kali lipat dibanding shalat di Masjidku ini.”
(Muttafaq Alaih).
Sebab shalat di Masjidil Haram 100 kali lipat dibanding shalat di Masjidku ini.”
(Muttafaq Alaih).
Kemudian di Raudhah, sebuah tempat di
dalam masjid Nabawi, jika kaki kita pernah menginjak Raudhah, maka
berarti kita (seolah-olah) telah mengunjungi taman surga,
Dari Abu Hurairah, ia
berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Antara rumahku dan mimbarku adalah di antara taman surga.” (HR. Bukhari no. 1196 dan Muslim no. 1391).
“Antara rumahku dan mimbarku adalah di antara taman surga.” (HR. Bukhari no. 1196 dan Muslim no. 1391).
Berikutnya, jika kita sholat jenazah di
masjidil haram atau masjid Nabawi maka pahalanya sama seperti satu
gunung Hud, tiap kali sholat.
Dalam riwayat Muslim
disebutkan,
“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling kecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim no. 945)
Kalau demikian, saya ingin sekali setiap
tahun ke Mekkah dan Madinah, saya bayangkan, jika mampu beribadah
dengan khusyuk dan di ridhoi Allah, maka pahala yang besar akan dapat
diperoleh.
Nah, untuk pergi kesana, berapa
biayanya? cukup besar bagi kantong masyarakat Indonesia. Maka, kita
harus menjadi orang kaya bukan untuk dapat memperoleh pahala yang
berlipat tersebut?
Kemudian, lihatlah Al Qur’an ada lebih
dari 80 ayat yang menyatakan “Dirikan sholat dan bayarkan zakat’’. salah
satunya adalah berikut ini :
“Dirikanlah shalat dan bayarlah
zakat!” (TQS. Al-Baqarah : 110)
Bagi umat muslim orang yang wajib
membayar zakat harta adalah orang yang telah masuk dalam kategori
pemilik harta yang telah tersimpan minimal 1 tahun, dan harta tersebut
minimal sebesar nilai 80 gr emas, atau 40 juta rupiah jika harga 1 gr
emas = 500 ribu rupiah.
Dengan memiliki harta “idle” sebesar
itu, maka baru bisa masuk dalam kategori “pembayar zakat atau muzakki’’,
Setuju bukan bila menjadi orang islam
harus kaya?
Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah, Allah
berfirman :
“Perumpamaan orang yang
menafkahkan hartanya fi sabiilillah (di jalan Allah) seperti sebutir
gandum yang tumbuh 7 batang dan setiap batang terdapat 100 butir.” (QS.
Al-Baqarah 261)
dari ayat ini kita tahu bahwa harta yang
kita belanjakan di jalan Allah dengan cara sedekah, infak dan zakat
maka balasan Allah adalah 700 kali lipat.
Jika kita mampu membelanjakan jumlah
uang yang besar tentu makin besar pula pahala yang kita peroleh. Maka
makin banyak harta kita, makin banyak yang bisa di belanjakankan di
jalan Allah, makin banyak pula pahala kita, dari sini tentu anda setuju
kalau menjadi muslim yang baik, yang mengikuti semua petunjuk Al Qur’an
dan hadis seharusnya adalah muslim yang kaya.
Masalahnya, bagaimana caranya bisa kaya?
Tentu saja semua orang ingin kaya. Tentu dengan cara yang sesuai
syariah, diantaranya adalah berdagang/berbisnis
dikatakan oleh sebagian ulama sebagai
mata pencaharian yang paling utama. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam
hadits Nabi.
Seorang sahabat bertanya pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah,
mata pencaharian apakah yang paling baik?”
Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang
laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur
(diberkahi).” (HR. Ahmad, Ath Thobroni, dan Al Hakim. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Karena berbisnis bisa dilakukan oleh
siapa saja, tanpa harus memiliki tingkat pendidikan tertentu. Maka mari
mengusahakan diri menjadi pembayar zakat kekayaan, salah satunya melalui
berbisnis.
Setelah itu, kelola keuangan Anda dengan
cara syariah. Insya Allah, tercapai keinginan untuk didunia kaya dan
jika mati masuk surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar